Gn. Sumbing: Pasir Berdebu

Saturday, October 4, 2008 0 comments


Jika saja ada sesuatu bisa dilakukan untuk memperkuat jaringan antar kelompok, maka baiklah hal itu diusahakan. Semakin kuat dan luas suatu jaringan, semakin terbuka lebar kesempatan untuk belajar begitu banyak hal dan mengetahui yang terbaik bagi semua.
Berawal dari keinginan untuk mendaki gunung, beberapa siswa dan mahasiswa dari Kolese Mikael bergabung bersama kawan-kawan dari Kolese De Britto, Stella Duce Yogya, UNS dan Kolese Loyola Semarang.

Berbekal persiapan fisik dan mental yang secukupnya, 15 mahasiswa Atmi (1 perempuan) dan 11 siswa STM Mikael berangkat dari Kolese Mikael pada hari Sabtu 19 Agustus 2006, pukul 13.00. Semua tas dan Carrier dimasukkan ke dalam satu mobil, lalu kami berdua puluh bersama-sama memulai perjalanan yang menantang dan potensial untuk mengembangkan identitas diri. Harus berdiri di dalam bis menjadi kesempatan bagi kami untuk belajar solider dengan mereka yang berjuang keras menghabiskan banyak waktu untuk berproses menuju tempat tujuan. Perjalanan berlangsung sekitar 5 jam. Pukul 18.00, kami tiba di Base Camp Garung Wonosobo. Di sana sudah berkumpul banyak pendaki yang ingin menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dirinya dalam proses pendakian menuju Puncak Sumbing (3371 M). Rombongan Mikael sampai lebih dahulu, dilanjutkan dua kawan dari UNS (1 perempuan). Sesudah itu, rombongan 12 kawan bermotor dari Kolese De Britto dan Stella Duce. Pada pukul 20.00, satu truk berisi 23 kawan dari Kolese Loyola (1 perempuan) tiba. Hebat juga teman-teman dari Loyola, harus berdiri dan menunduk di dalam truk menghindari perhatian polisi.
Sesudah semua rombongan tiba, peserta dibagi menjadi empat kelompok. Tiap kelompok terdiri dari campuran unsur-unsur yang ada. Di dalam kelompok terdapat satu leader, satu sweeper, satu P3K, satu HT, dan satu orang yang membawa kamera.
Pendakian dimulai pukul 20.45. Perjalanan tiap kelompok diberi selang 10 menit. Awal perjalanan yang begitu menanjak dan berat, serta kemampuan masing-masing kawan yang berbeda, mengakibatkan peserta kelompok harus dibagi kembali dalam formasi yang baru. Pukul 24.00, rasa lelah membawa kami tersesat menuju puncak buntu. Dengan rasa yang agak tertekan, kami kembali turun beberapa menit untuk menemukan jalur sebenarnya. Beberapa kawan yang sudah lelah, merasa sudah cukup untuk tidak melanjutkan perjalanan. Beberapa kawan lain yang merasa cukup kuat, melanjutkan perjalanan menuju puncak sebenarnya…. Kami melalui Pasar Watu (suatu situs dengan begitu banyak batu besar). Sesudah itu, kelompok yang masih bertahan melalui watu kotak (sebuah batu yang begitu besar berbentuk kotak, dan biasa dipakai untuk tempat berlindung dari badai). Udara menjadi semakin dingin, angin bertambah kencang, langit menjadi semakin terang. Walaupun langkah kaki semakin berat, kami memotivasi diri untuk bisa bertahan sampai di puncak.
Pukul 7 pagi, beberapa kawan sudah sampai pada akhir perjalanan dan tiba di puncak Sumbing (3371 M). Dilanjutkan oleh beberapa kawan lain, akhirnya tiba di puncak. Cukup banyak dari kami yang sampai di Puncak, hampir sekitar 20 orang dari total 64 orang.
Perjalanan turun menuju base camp diselimuti oleh cuaca yang begitu panas karena panas matahari. Belum lagi, debu-debu pasir yang terbang karena hentakan langkah kami, membuat pernafasan sedikit terganggu. Kali ini perjalanan turun, secara otomatis, terbagi menjadi kelompok-kelompok yang berbeda. Kelompok ATMI dan UNS sendiri, De Britto dan Stella Duce sendiri, Loyola sendiri, dan STM Mikael sendiri.
Perjalanan turun menuju base camp berakhir pukul 2 sore, hari Minggu 20 Agustus 2006. Sesudah membersihkan diri, dan menyegarkan diri dengan makanan dan minuman, dan lalu mengabadikan momen-momen kebersamaan ini, satu persatu dari tiap kelompok mulai saling berpisah dan meninggalkan base camp menuju ke kota asal. ATMI dan STM Mikael, dan UNS mendahului, dilanjutkan oleh Loyola, dan terakhir De Britto dan Stella Duce.
Kebersamaan satu malam di gunung mulai memunculkan benih-benih pertalian yang saling mengikat hati kami satu sama lain…. Pertalian orang-orang muda yang penuh semangat berusaha menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dari hidupnya….pertalian orang-orang muda yang merasa disatukan oleh keinginan untuk magis (lebih) mencapai momen-momen yang tidak dialami oleh semua orang…pertalian orang-orang muda yang ingin mengalami kekaguman karena alam dan berusaha untuk mempertahankan kekaguman dengan memupuk semangat bersatu dengan alam.

Read more... Read full post >>

Tips Survival 2

0 comments

Piramida Survival

1. Will to Survive: kehendak/kemauan kuat untuk hidup sebagai pondasi dari
semua keterampilan survival

2.Pengetahuan: mengenai medan misalnya. Pengetahuan memberikan rasa percaya diri dan 'mengusir' rasa takut.

3.Keterampilan: misal tali temali, membuat api, memperhatikan tanda-tanda
alam. Juga tak kalah penting, untuk terus mengasah keterampilan ini.

4. Perlengkapan: pisau, korek api, kompas, dll

prinsipnya agar siap dalam bertahan hidup maka gabungkan antara instinct
untuk surivive dengan: pengetahuan, keterampilan, dan perlengkapan.

SAS Survival Guide, John Wiseman, HarperCollins Publisher, 1993

Read more... Read full post >>